sandymaulana Biak Kocit
Jumlah posting : 4 Points : 12 Join date : 07.06.11
| Subyek: Pembangunan Ekonomi vs Pendidikan Thu Jun 09, 2011 6:52 am | |
| Sungguh merupakan sesuatu hal yang tidak beralasan untuk mengatakan bahwa pembangunan Indonesia telah mencapai tahap yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Kesenjangan pembangunan di wilayah Indonesia sungguh-sungguh sangat memperihatinkan. Bukan hanya dari segi fisik, namun pembangunan jika dilihat dari keseluruhan baik input, proses dan outputnya.
Pemerintah dengan bangga menggunakan angka pertumbuhan ekonom i yang bercokol di 6,5% (BPS) untuk menunjukan keberhasilannya dalam bekerja. Lalu, banyak pihak mencemooh data makro ekonomi yang digunakan pemerintah sebagai perisai untuk melawan kritik terhadap mereka. Mengapa data makro ekonomi tersebut terkadang sangat tidak relevan dengan apa yang terjadi di lapangan? Mungkin, salah satu ukuran keberhasilan pemerintah dalam membangun ekonomi adalah terpusat pada perhatian ekonomi semata, padahal banyak hal lain yang menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi diluar faktor-faktor ekonomi tersebut. Dalam teori ekonomi, disebutkan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Kata kuncinya ada pada kenaikan pendapatan terhadap pertumbuhan penduduk dan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi. Pembangunan seharusnya dapat kita lihat lebih jauhm tidak hanya sekedar pada kenaikan pendapatan dan perubahan struktur, tetapi juga pola pikir masyarakat.
Jika menilik sedikit pada kenyataan di lapangan, yang terjadi adalah kenaikan pendapatan total yang hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang saja. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia (Antaranews). Banyak pengamat ekonomi meragukan angka ini, karena apabila indikator atau standar yang digunakan dinaikan, maka mata kita akan terbelalak dengan datanya.
Kemiskinan dibagi menjadi tiga, kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Di Indonesia, kemiskinan lebih banyak disebabkan oleh kemiskinan struktural, yang disebabkan penguasaan sebagian besar sumber daya oleh sebagian kecil orang, sehingga untuk mengaksesnya menjadi sulit bahkan tidak mungkin, padahal sudah diamanatkan secara implisit dalam UUD bahwa perekonomian disusun atas dasar usaha bersama untuk kesejahteraan.
Adapun faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Penyebaran sumber daya tersebut terkadang luput dari perhatian, terutama pembangunan ekonomi yang hanya menitikberatkan pada faktor-faktor ekonomi dan mengabaikan faktor-faktor lain seperti budaya dan sosial.
Yang harus mulai dipikirkan oleh para ekonom dan pengambil kebijakan adalah bagaimana menelusuri akar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pembangunan dan pertumbuhan. Salah satu yang selalu digembor-gemborkan adalah sumber daya manusia.
Penyebaran sumber daya alam memang tidak bisa kita utak-utik lagi karena itu adalah rahmat dari Yang Maha Kuasa, bahwa kekayaan alam suatu daerah berbeda dengan yang lainnya. Namun untuk sumber daya manusia, modal dan kewirausahaan adalah sesuatu yang bisa diusahakan dengan kerja keras.
Output Sumber daya manusia sangat erat berkaitan dengan bagaimana input dan prosesnya. Secara input, seorang individu meletakan segala prinsip dan pandangan hidupnya dalam suatu keluarga. Sehingga peran keluarga sangat vital dalam membentuk seorang yang mampu untuk membangun bangsa ini. Inilah yang selama ini dilupakan oleh pemerintah termasuk kita semua, pendidikan sejatinya dimulai dari unit terkecil negara, yaitu keluarga. Pemerintah harus mampu memberdayakan seluruh keluarga di Indonesia untuk mendukung proses pembangunan ini. Setelah mempunyai bekal yang matang di keluarga, mereka akan keluar untuk mencari pengetahuan seluas-luasnya, salah satunya adalah lembaga pendidikan formal.
Pemerintah mutlak harus mengerahkan segala perhatiannya untuk mengurusi masalah pendidikan dasar. Pendidikan dasar sangat diperlukan untuk membentuk karakter, tidak hanya mencari pengetahuan. Pendidikan dasar yang merata tanpa adanya pengkastaan pendidikan seperti yang kita lihat sekarang menjamurnya Sekolah Dasar Internasional dan lainnya. Pendidikan dasar seyogyanya tidak perlu untuk dikastakan seperti itu, karena mendapatkan pendidikan yang layak adalah HAK semua orang!
Salah satu yang membuat kita miris adalah kesenjangan pembangunan pendidikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Sekarang, abaikan dulu semua data yang dirilis BPS. Kita akan melihat bagaimana kesenjangan pembangunan pendidikan di daerah. Salah satu contoh nyata adalah bagaimana mengakses untuk mendaftar perguruan tinggi.
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah jalur masuk menuju perguruan tinggi negeri yang berkualitas. Akses untuk mendaftar SNMPTN memang sudah secara online, namun bagaimana dengan seleksi tertulisnya? Mengambil contoh salah satu Provinsi dengan angka Pembentukan Modal dalam Negeri tertinggi tahun ini, Kalimantan Tengah. Di Kalimantan Tengah untuk seleksi tertulis SNMPTN pada tahun sebelumnya hanya diadakan di Palangkaraya, Ibukota Provinsi. Secara geografis, untuk mencapai Palangkaraya kita harus menempuh jarak relatif hingga daerah terjauh adalah tiga hari, TIGA HARI!
Itupun untuk mencoba meraih mimpi kuliah di berbagai universitas dan institut top di negeri ini bisa dikatakan tidak mungkin, karena calon mahasiswa ini harus bersaing dengan anak kota yang telah mempersiapkan diri dengan mengikuti Bimbingan belajar (Bimbel) selama berbulan-bulan bahkan setahun!
Bayangkan bagaimana melakukan perjalanan selama tiga hari hanya untuk mengikuti tes SNMPTN dan harus bersaing dengan kemampuan pelajar di kota yang mempunyai sekolah berbasis internasional, dengan guru-guru yang memiliki kualitas jempolan.
Ini hanyalah salah satu contoh kesenjangan yang benar-benar nyata dalam negeri kita. masih banyak kesenjangan lain yang bisa membuat kita bahkan kecewa dengan dua peristiwa besar di negeri kita yaitu Proklamasi dan Reformasi. Secara ekonomi, kita bisa mengatakan bahwa provinsi tersebut memiliki prospek ekonomi yang bagus karena investasi disana cukup besar, tetapi bagaimana dengan pembangunan yang lainnya, seperti SDM dan pendidikan.
Salah satu yang terlepas dari proses pembangunan itu sendiri, pendidikan. Bagaimana membangun industri pendidikan yang berorientasi pada karakter kultur masyarakat, agar tercipta orang-orang yang mengerti bagaimana masyarakat lokal dan mempunyai wawasan internasional. Bagaimana pun pendidikan adalah salah satu modal untuk membangun SDM yang tangguh yang nantinya akan menjadi Social-capital untuk membangun bangsa ini.
Sandy Juli Maulana Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Aktif di Lembaga Pers Mahasiswa EDENTS | |
|
dospi Biak Kocit
Jumlah posting : 10 Points : 16 Join date : 08.06.11 Age : 32 Lokasi : Banjarmasin
| Subyek: Re: Pembangunan Ekonomi vs Pendidikan Sat Jun 11, 2011 7:51 pm | |
| Ketimpangan.. ane setuju sama agan TS .. | |
|